E book gratis Dan Brown, Da vinci Code, Angel and Demon, Deception Point, Digital Fortress, The Lost Symbol.

Kamis, 07 April 2011

e book :

Mau Share e book gratis, ebook karya Dan Brown, E book Da vinci Code, Ebook Deception Point, Ebook Digital Fortress, Ebook Angel and Demon, Ebook The Lost Symbol. Nih link Downloadnya :

http://www.4shared.com/file/EOqoxLQn/_Firman_L_The_Kidd__Novel_Dan_.html

semoga bermanfaat...

sedikit motivasi untuk mengatasi MASALAH

Senin, 04 April 2011

motivasi :

masalah ?


Setiap orang memiliki masalah, entah itu besar atau kecil, pasti setiap memilikinya.

Banyak cara dilakukan untuk menanggapi / merespon masalah itu.

Ada yang memilih lari dari masalah, entah itu dengan minum miras, make narkoba ataupun yang lainnya. Yang jelas dia enggan menghadapi masalah dan lari darinya. Ada juga yang memilih untuk bertahan, mereka tidak menghadapi juga idak lari tetapi memilih bertahan, diam. Orang – orang ini menggantungkan penyelesaian masalah pada waktu. ”biar waktu yang menyelesaikan”.

Nah, tipe yang terakhir adalah orang-orang yg mau menghadapi masalah, entah itu besar ataupun kecil, mereka berani menghadapi masalah. Biasanya orang seperti inilah yang sukses.

Baiklah kita semua tahu cerita tentang David (Daud) dan Goliath. (mungkin?)

Ada raksasa yang menggangu dan mengusik orang – orang didesa. Suatu hari bocah penggembala berusia 17 tahun datang dan mengunjungi saudaranya dan bertanya ”kenapa kamu tidak berdiri dan melawan raksasa?” (Why don't you stand up and fight the giant ?)

Saudaranya ketakutan dan menjawab ”tidak kah kau lihat, dia terlalu besar untuk dipukul?” (Don't you see he is too big to hit?) tapi David menjawab ”Tidak, dia tidak terlalu besar untuk dipukul, tapi dia terlalu besar untuk dilewatkan (jika dipukul pasti kena atau pukulannya tidak mungkin meleset karena dia besar)” (No, he is not too big to hit, he is too big to miss.) sisanya adalah cerita yang mungkin kita semua tahu apa yang terjadi selanjutnya. David membunuh raksasa (goliath). Raksasanya sama tapi persepsi tentangnya berbeda. (same giant, different perception).

Bagaimana kalau kita analogikan kalau raksasa adalah masalah kita. Apakah kita memilih untuk lari dari desa, meninggalkan raksasa dan keluarga ketujuan yang tidak pasti dan mungkin akan bertemu dengan raksasa lain diluar sana, ataukah kita memilih bertahan dalam gangguan raksasa dan tidak melawan dg pemikiran semua makhluk hidup pasti mati. Raksasa adalah makhluk hidup. Raksasa itu pasti mati. Walau kita tidak tahu pasti kapan itu terjadi dan kita hanya diam, bertahan dalam penderitaan akibat gangguan raksasa itu, ataukah kita seorang ”David” yang selalu optimis dan melakukan hal yang dianggap ”mustahil” membunuh raksasa sendirian.

Ubahlah pemikiran kita seperti David yang memiliki pemikiran “ he is too big to miss” bukan “he is too big to hit”

I want to live a little bit more in this world

Sabtu, 02 April 2011

catatan :

I Want To Live A Little Bit More In This World

“Sebuah catatan sederhana dari remaja yang sedang mendewasakan diri”


I Want To Live A Little Bit More In This World. Ya, aku ingin hidup sedikit lebih lama lagi di dunia ini.

Tanpa terasa sebentar lagi kita akan UN. Sebuah pesan/kesan yg ingin kutulis di album kenangan adalah I want to live a little bit more in this world. sebuah kalimat yg penuh makna bagiku. Orang yg membacanya mungkin akan berpikir bahwa kalimat ini adalah sebuah pengharapan untuk orang yg sudah tahu ajalnya sudah dekat.Ya, memang itu yg sedang aku rasakan, sepertinya sebentar lagi aku akan meninggalkan "dunia ini". Eits, tunggu dulu yg kumaksud "dunia ini" bukanlah alam dunia melainkan suasana SMA. Kuingat betul kejadian ketika pertama masuk SMA (Permata). Kuingat betul ketika kelas X aku masih berpikir seperti anak SMP. Saat itu aku “mendewakan” kegokilan, kelucuan, aku tidak bisa serius, selalu bercanda. Kelas X orientasiku adalah kesenangan, bukanlah kebahagiaan. Membuat orang tertawa terbahak-bahak dan sering pula aku sama, tertawa terbahak-bahak sampai sulit untuk berhenti.

Kelas X adalah saat yg memalukan bagiku memiliki kepribadian seperti itu.Kelas X aku hanya memiliki beberapa teman.

Waktu masuk kelas XI aku cukup senang karena 9 teman sekelasku satu kelas lagi denganku, tapi tetap saja ada kekecewaan karena hanya ada 3 anak laki-laki dikelas ini.itupun ga pada gokil. Hmm... awal kelas XI aku masih mendewakan “kegokilan”. Tapi semakin lama aku semakin sadar, bahwa yg kuinginkan bukanlah kesenangan tapi kebahagiaan. Dan saat itu aku tahu “kalau ingin bahagia kurangi bersenang-senang, kalau ingin bersenang-senang, kebahagianmu akan berkurang. Aku mulai berubah, mengurangi tertawa, mulai terbuka, dan mulai mendewasakan diri. Ya, kelas XI adalah proses mendewasakan diri. Dikelas XI ini aku memiliki lebih banyak teman.

Kelas XII aku telah bertambah dewasa.Orientasiku telah berubah, bukan kesenangan tapi kebahagiaan. Bukan tawa terbahak-bahak tapi senyuman, tangis&tawa kebahagiaan. AKU TELAH BERUBAH. “Hidup adalah Proses perubahan.”

Ternyata setelah kelas XII bukan hanya aku saja yang berubah. Tapi teman-temanku juga telah berubah.kelasku semakin kompak walau belum 100% kompak.akupun mulai akrab dengan beberapa anak walau belum semua anak. Tapi dapat kupastikan aku telah memiliki sahabat, bukan hanya teman.

Salah satu sahabatku, waktu kelas X, dia sekelas dgnku, tapi kita jarang ngobrol. Kelas XI, satu kelas lagi dgnnya. Awalnya kita masih jarang ngobrol. Sampai diakhir semester 2 aku mulai bisa berangkat pagi. Dia pun juga sering berangkat pagi. Kita jadi sering ngobrol. Sampai ketika kelas XII dia menjadi shabat baikku. Dia adalah sahabat yg memotivasiku untuk menulis. Dia bilang, dia ingin membaca sebuah cerita dari pengalamanku sendiri yg bisa menginspirasi diriku sendiri dan orang lain. Tanpanya mungkin catatan ini tak akan pernah ada.Terimakasih sahabat. It mean a lot.

Ada juga sahabatku yg kelas X dia sekelas dgku, tapi tidak pernah ngobrol. kelas XI kita mulai ngobrol (ternyata waktu itu, komentarnya “pedes-pedes”, Untungnya waktu itu aku orang yg cuek). Kelas XII dia telah berubah, komentarnya ga pedes lagi dan dia adalah sahabatku.

Ada juga sahabatku yang unik. Dia tidak pernah satu kelas dgnku tapi dia telah menjadi sahabatku, lebih dulu dari teman sekelasku.

Ada seorang sahabat. Kelas X, XI, aku canggung berbicara kepadanya. Kelas XII aku sudah tidak canggung lagi untuk ngobrol dgnnya. Dia adalah satu-satunya sahabat yang tahu bahwa aku sedang tidak melamun tapi sedang berpikir.

Ada sahabat yang selalu menemaniku keluar duluan ketika ulangan.

Ada sahabat yang membantuku iseng-iseng berjualan.

Ada sahabat yang pernah sharing masalah dgnku, dan scara tidak langsung itu membantuku dalam proses pendewasaan dirianku. Ada juga dua sahabat seperjuangan sebagai kaum minoritas dikelas ini.

Ada juga sahabat yang senantiasa dgn antusiasnya membaca catatan-catatan sederhanaku (walaupun kebanyakan copas tapi ada juga yang merupakan tulisanku sendiri).

Ada juga seorang Guru yang luar biasa. Dia adalah satu-satunya Guru yang bisa akrab dgnku. Sejak TK sampai saat ini, Dia adalah satu-satunya Guru yang bisa akrab denganku. Kita sering bertukar Ilmu Kebijaksanaan, Ilmu Kehidupan, mengetahui apa maunya hidup ini, bagaimana caranya untuk hidup menjadi pribadi yang lebih baik. Aku banyak belajar darinya. Dia adalah Guru yang juga kuanggap sebagai sahabat baikku (tentunya tanpa mengurangi rasa hormatku kepadanya sebagai guru.)

Kelas XII, aku baru merasakan sebagai remaja, sebagai anak SMA, aku baru merasakan yang namanya persahabatan, bukan pertemanan. Aku baru merasakan suasana SMA yang sebenarnya, anak SMA yang sesungguhnya. Namun, sebentar lagi suasana itu akan tergantikan. Kita akan LULUS. Mengingat ini aku jadi ingin selalu mengatakan “I WANT TO LIVE A LITTLE BIT MORE IN THIS WORLD”. Aku benar-benar ingin “hidup” sedikit lebih lama di “Dunia ini”. Sedikit lebih lama menikmati suasana SMA bersama sahabat-sahabatku. Menghabiskan sedikit lebih banyak waktu bersama kalian, sahabat-sahaabt baikku.

Butuh waktu satu, dua tahun bagiku untuk akrab dengan kalian. Bersahabat dengan kalian. Tapi ketika sudah akrab justru akan berpisah. Sungguh yang ada hanya penyesalan, kenapa tidak dari dulu aku akrab dengan kalian. Tapi aku percaya, seperti kata Guru yang juga kuanggap sebagai sahabat baikku, “kita dipertemukan disekolah ini karena Allah, kita berpisah dari sekolah inipun karena Allah.” Dan aku juga percaya kelak kita akan dipertemukan kembali oleh Allah, dan karena Allah. Semoga.... Amin.

Persahabatan kita seperti Pelangi yang muncul di sore hari setelah turun hujan lebat. Dan cuaca saat ini masih hujan, Pelangi belum muncul. Kenapa Pelangi? karena aku dan sahabat-sahabatku meiliki warna yang berbeda-beda, mungkin warnaku Pink, sahabatku merah, sahabat yang lainnya mungkin hijau, ungu ataupun yang lainnya. Warna-warna yang berbeda, yang dikombinasikan menjadi sebuah kombinasi warna yang indah. Apa yang mengkombinasikan warna-warna tersebut? Persahabatan. Warna-warna tersebut, terkombinasi/terikat dalam sebuah ikatan persahabatan. Kenapa saat ini masih hujan? karena kelas kita belum 100% kompak. Kenapa pelangi akan muncul di sore hari? Karena aku yakin, kelak ketika kita reunian, saat itu kita akan kompak 100%. Insyaalah. Dan saat kita reunian, saat itu kita sudah tidak remaja lagi, sudah sore hari, sudah dewasa tapi masih mendewasakan diri. (seperti tulisan diawal “Hidup adalah Proses perubahan.”)

“Itulah Pelangi Persahabatan kita”

Persahabatan juga seperti buku. Butuh waktu lama untuk menulisnya, tapi hanya beberapa menit saja untuk merusaknya, merobeknya, atau membakarnya. Butuh waktu lama bagiku untuk menulis sebuah buku “persahabatan”, untuk akrab dengan kalian. Dan aku harus bisa merawat buku yang kutulis itu, dan selalu ingat untuk “membacanya”.

Persahabatan juga seperti Bunga Edelweis. Sebuah bunga abadi. Sebuah bunga yang tumbuh ditepi tebing, sehingga butuh perjuangan untuk melihat keindahannya. Kita harus mendaki gunung terlebih dahulu, dan untuk mengambilnya, kita harus mempertaruhkan nyawa.

Butuh waktu yang lama untuk menulis sebuah buku, butuh waktu yang lama pula untuk mendapatkan sahabat, bukan sekedar teman.

Ketika menulis kita sering kehabisan ide, macet ditengah jalan, bingung mau nulis apa, atau terlalu banyak ide sehingga bingung mana yang ingin ditulis terlebih dahulu. Ketika kita mendaki, kita bisa terjatuh, terpeleset, atau tersesat. Sama ketika kita bersahabat, mungkin ada perbedaan pendapat, perkataan yg kurang mengenakkan, ataupun masalah lainnya.

Tapi ketika buku itu selesai ditulis. Ketika pendakian berhasil, dan bunga edelwei itu terlihat, kita akan merasakan kepuasan dan kebahagian tersendiri. Sama seperti ketika kita tahu arti sahabat, pentingnya persahabatan, dan tahu apa gunanya sahabat, kita akan merasakan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri.

Kitapun harus mempertaruhkan nyawa untuk mengambil bunga edelweis di tebing, di tepi jurang yang curam. Kitapun terkadang harus mengorbankan/mempertaruhkan “nyawa” (sesuatu yang berharga) untuk persahabatan, apalagi ketika persahabatan itu ada di tepi jurang.

Semoga persahabatan kita seperti bunga edelweis, sebuah bunga abadi. Persahabatan kita pun abadi. Semoga persahabatan kita seperti buku yang dirawat dan dijaga oleh pemiliknya hingga buku itu tidak terawat lagi ketika pemiliknya meninggal dunia, lalu keturunannya tahu bahwa orang tuanya memiliki ebuah buku yang berharga, dan dia memutuskan untuk meneruskan menjaga dan merawat buku itu, sehingga buku itu tetap terjaga. Semoga persahabatan kita sampai kita mati, dan bisa diteruskan oleh keturunan kita. (mungkin ga ya?). Insyaallah mungkin. Amin.

Kalian tahu balon? Menurut kalian apa yang membuat balon itu bisa terbang? Ya, apa yang ada di dalamnyalah yang bisa membuat balon itu bisa terbang. Ga peduli mau seperti apa bentuknya, ga peduli apa warnanya, tapi tetap saja balon itu akan terbang karena udaranya. Sesuatu yang ada di dalam balon itu. Sama seperti kita. Apa yang ada dildalam diri kitalah (Hati kita) yang bisa membuat kita terbang.Sahabat, setelah LULUS nanti, terbanglah tinggi setinggi-tingginya. Jadilah Pribadi yang luar biasa. Jika belum lama ini kalian mendengar ungkapan “kita bertemu lagi dipuncak kesuksesan” maka denganku “kita bertemu lagi di kebahagian”. Kelak ketika kita dipertemukan Allah kembali, PASTIKAN kalian dalam keadaan BAHAGIA. Karena aku yakin “Bukan kesuksesan yang membuat kita bahagia, tapi kebahagian yang membuat kita sukses.” Dan kita HARUS bertemu kembali di PUNCAK KEBAHAGIAAN.(masuk Surga). Janji ya...? (Bertemu di dunia dalam keadaan bahagia, bertemu di akherat ada di surga).

Album Kenangan

Nama : Ahmad Ginanjar Firman

Kesan : I Want To Live A Little Bit More In This World . . . !

Pesan : Find Happiness, Friends J

Seandainya saat kelas X aku telah memiliki kedewasaan, keakraban dan sahabat, aku pasti akan meluangkan waktu lebih banyak bersama kalian. Seandainya saat itu aku telah mempunyai SAHABAT dan tahu arti SAHABAT, aku pasti akan ikut organisasi seperti IPM, HW, dan PMR, untuk seru-seruan bersama SAHABAT dan mendapatkan lebih banyak SAHABAT. Menghabiskan waktu berama sahabat, bercanda ria, sharing-sharing dan melakukan aktivitas lainnya bersama SAHABAT. Tapi apalah daya, hanya ada penyesalan semata. Aku sedang berhadapan dengan ciptaan Allah paling perkasa. Hanya Allah yang melebihi keperkasaannya. Ciptaan itu bernama WAKTU.

Beberapa tahun kedepan, ketika Allah mempertemukan kita, aku akan merasa tersanjung dan Bahagia jika kalian masih mengingat catatan seerhana ini, pesanku, kesanku dan makna yang terkandung didalamnya. Tapi jika kalian lupa, aku tetap akan bahagia jika kalian menepati janji untuk bertemu denganku dalam keadaan bahagia.

Mungkin ada yang berpendapat catatan ini terlalu formal dan lebay. Tapi itulah gaya kepenulisanku. Dan itulah yang sebenarnya kurasakan selama bersekolah di SMA ini. Ditunggu commentnya ya...?

FRIENDS, I WANT TO LIVE A LITTLE BIT MORE IN THIS WORLD, SPEND MORE TIME WITH YOU ALL, AND FIND HAPPINESS TOGETHER . . . .

Belajarlah untuk belajar

Belajarlah untuk belajar

Aku tertawa untuk diam,

aku diam untuk tersenyum,

aku tersenyum untuk menangis,

aku menangis untuk belajar,

aku belajar untuk belajar,

belajar tertawa,
belajar diam,
belajar tersenyum,
belajar menangis,
belajar untuk hidup,
belajar untuk salah,
belajar untuk mengerti
belajar mencintai,
dan masih banyak lagi,
sampai akhirnya aku belajar untuk mati.

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme